Para pembaca yang berbahagia, kali ini saya ingin menampilkan naskah drama untuk acara pentas seni di suatu sekolah.
Selamat membaca.....
(Musik pembuka dengan volume suara agak meninggi kemudian dikurangi pelan-pelan disusul muncul suara narator)
Narator:
(mengawali dan membuka peragaan drama yang akan dipentaskan)
Assalamu’alaikum wr.wb.
Bapak/Ibu
guru, teman-teman dan Para hadirin yang kami hormati, perkenankanlah
kami untuk menampilkan peragaan drama yang berjudul Timun Mas. Dengan
para pemain:
Nurul Hasanah sebagai Timun Mas
Nela Khoerunnisa sebagai Ibu Timun Mas/Perempuan Janda
Agung Putrajaya sebagai Raksasa
Rangga Wahyudi sebagai Pertapa
Baiklah para hadirin yang berbahagia, marilah kita saksikan bersama penampilan dari rekan-rekan kami....
(Narator mundur ke belakang pentas)
**Musik**
(volume suara meninggi kemudian melemah)
(disusul muncul suara narator)
Narator:
Alkisah, di sebuah desa di daerah Jawa
Tengah, hiduplah seorang perempuan paruh baya. Ia ingin memiliki seorang
anak. Namun sayangnya suaminya telah meninggal dunia. Ia sangat
berharap suatu keajaiban datang padanya. Untuk meraih harapan itu,
siang malam ia selalu berdoa kepada Tuhan Yang Maha kuasa agar diberi
anak.
Pada suatu malam, harapan itu datang
melalui mimpinya. Dalam mimpinya, ia didatangi oleh sesosok makhluk
raksasa yang menyuruhnya pergi ke hutan tempat biasanya ia mencari kayu
bakar untuk mengambil sebuah bungkusan di bawah sebuah pohon besar.
Saat terbangun di pagi hari.....,
(suara musik pengiring melemah lama-lama hilang berganti suara burung-burung berkicau di pagi hari)
Adegan 1
Ibu Timun Mas:
(tersentak terbangun dari tidur kemudian duduk ditempat tidur dan merenung)
Ah! Ternyata aku mimpi! Mimpiku seperti benar-benar nyata. Benar-benar
ajaib! Rasanya..., aku tidak percaya dengan mimpiku. Apakah mimpiku itu
akan benar-benar terjadi pada diriku?
Ah! aku tidak boleh ragu. Aku harus cari tahu makna mimpiku itu.
Aku harus pergi ke hutan sekarang juga. Semoga mimpiku smalem, membawa kebaikan pada diriku.
Narator:
Dengan penuh harapan, perempuan janda itu bergegas menuju ke tempat yang ditunjuk oleh raksasa itu. Setibanya di hutan....,
**Musik**
(volume suara meninggi kemudian melemah)
Adegan 2
Ibu Timun Mas:
Dimana ya, bungkusan seperti yang ditunjukkan raksasa itu?
Oh! Itu dia ada pohon besar. Aku segera kesana,
Hah?
(terkejut)
Ini ada bungkusan seperti yang ditunjukkan raksasa dalam mimpiku itu. Coba ku buka isinya.
Hah?
(terkejut)
Cuma Sebutir biji timun? Kukira, isi bungkusan ini seorang bayi. Tapi,
apa maksudnya ya, raksasa itu menunjukkan aku sebutir biji timun ini?
Buat apa biji timun ini?aku tidak mengerti.
(bingung)
Narator:
Di saat perempuan janda itu
kebingungan, tanpa disadari dibelakangnya tiba-tiba ada sesosok makhluk
raksasa berdiri sambil tertawa terbahak-bahak.
Raksasa:
Ha... ha... ha...!
Ibu Timun Mas:
(tersentak kaget dan membalikkan badan)
Haaaahh??? Raksasa itu, raksasa itu
(menunjuk raksasa)
yang hadir dalam mimpiku! Duuuh aku, aku takuuut sekali.
Ampun, Raksasa! Jangan memakanku! Aku masih ingin hidup!
Raksasa:
Jangan takut, perempuan tua! Aku tidak akan memakanmu! Bukankah kamu menginginkan seorang anak?
Ibu Timun Mas:
(gugup)
Be... benar, Raksasa!
Raksasa:
Kalau begitu, segera tanam biji timun itu! Kelak kamu akan mendapatkan
seorang anak perempuan. Tapi, ingat! Kamu harus menyerahkan anak itu
kepadaku saat ia sudah dewasa. Anak itu akan kujadikan santapanku!
Narator:
Karena begitu besar keinginannya untuk memiliki anak, tanpa sadar Ibu Timun Mas menjawab.....
Ibu Timun Mas:
Ba....Baiklah, Raksasa! Aku bersedia menyerahkan anak itu nanti kepadamu.
Narator:
Begitu perempuan janda itu selesai
menyatakan kesediaannya, raksasa itu pun berlalu dari hadapannya.
Perempuan itu segera menanam biji timun itu di ladangnya. Setiap hari ia
merawat tanaman itu dengan baik. Dua bulan kemudian, tanaman itu pun
mulai berbuah....
**Musik**
(volume suara meninggi kemudian melemah)
Adegan 3
Ibu Timun Mas:
Syukurlah! Tanaman timunku sudah berbuah. Tapi kok buahnya cuma satu ya,
dan buahnya besar sekali tidak seperti buah timun pada umumnya. Sungguh
aneh! Dan Warnanya pun berwarna kuning keemasan. Hup! Cakep sekali
timun ini. Sepertinya timun ini juga sudah masak. Sebaiknya aku petik
sekarang juga dan segera ku bawa pulang.
Duuuh, ternyata berat sekali timun ini!
**Musik**
(volume suara meninggi kemudian melemah)
Narator:
Begitu sesampainya di rumah, perempuan
janda itu segera membelah timun mas dengan sangat berhati-hati sekali.
Dan......apa yang dilihatnya....
Ibu Timun Mas:
(terkejut)
haaahh??
Seorang bayi perempuan? Wuaaah! bayi ini sangat cantik sekali. Aku ingin sekali menggendongnya.
Bayi:
(tangisan bayi)
Oaek....oaek....oaek.....!
Ibu Timun Mas:
Hah? Bayi ini menangis. Aku bahagia sekali mendengar suara tangisan bayi
ini. Sudah lama aku merindukan suara tangisan bayi dalam dekapanku.
Baiklah anakku sayang, karena kau lahir dari dalam sebuah timun yang berwarna keemasan , sekarang kau kuberi nama, Timun Mas.
Tapi kau jangan menangis lagi ya, sayang. Ini ibumu, Nak! Cup... cup... cup..!, Jangan menangis ya.
Narator:
Perempuan janda itu merasakan sangat
bahagia hingga tak terasa, air matanya menetes membasahi kedua pipinya
yang sudah mulai keriput. Perasaan bahagia itu membuatnya lupa kepada
janjinya bahwa dia akan menyerahkan bayi itu kepada raksasa itu suatu
saat kelak. Ia merawat dan mendidik Timun Mas dengan penuh kasih sayang
hingga tumbuh menjadi gadis yang cantik, cerdas dan perangainya baik.
Oleh karena itu, ia sangat sayang kepadanya.
Suatu malam, perempuan janda itu kembali bermimpi didatangi oleh
raksasa itu dan berpesan kepadanya bahwa seminggu lagi ia akan datang
menjemput Timun Mas. Sejak itu, ia selalu duduk termenung seorang diri.
Adegan 4
Ibu Timun Mas:
(Menangis)
Aku
tidak bisa berpisah dengan anak yang sangat kusayangi. Kenapa aku baru
menyadari bahwa raksasa itu ternyata jahat. Timun Mas akan dijadikan
santapannya. Aku tidak rela! Aku sediiiih sekali!
Narator:
Tanpa disadari perempuan janda itu,
Timun Mas sering memperhatikan ibunya duduk termenung sendirian
kemudian di suatu sore, Timun Mas memberanikan diri untuk menanyakan
kegundahan hati ibunya.
Timun Mas:
Bu, akhir-akhir ini ibu sering termenung, dan kelihatannya ibu nampak
sedih. Apa yang sedang ibu pikirkan?barangkali, aku bisa membantu
mengurangi kesedihan ibu?
Ibu Timun Mas:
(gundah)
Gimana ya? Ibu tidak ingin kau ikut bersedih, Nak. ibu tidak ingin
kehilanganmu. Ibu tidak bisa jauh darimu. Ibu, sangat menyayangimu.
Timun Mas:
Apa maksud ibu? Aku tidak mengerti bu. Ada apa sebenarnya bu? Katakan
sejujurnya. Kenapa ibu bicara seperti itu? Aku makin tidak mengerti bu.
Katakan terus terang ibu!
Ibu Timun Mas:
Heeemmm!.....Karena kau memaksa ibu terus,
Ya sudah, baiklah, Nak. Ibu akan menceritakan asal usulmu. Sebenarnya
ibu tidak ingin menceritakan perihal asal-usulmu yang selama ini ibu
rahasiakan.
(wajah sedih)
Maafkan Ibu, Nak! Selama ini Ibu merahasiakan sesuatu kepadamu.
Timun Mas:
Rahasia apa, Buuu?
Ibu Timun Mas:
Timun Mas......,Sebenarnya...., kamu bukanlah anak kandung Ibu yang lahir dari rahim Ibu.
Timun Mas:
(menyela)
Apa bu?! Aku bukan anak kandung ibu?! Trus aku ini anak siapa bu?!
Ibu Timun Mas:
Tenang dulu anakku.baiklah, akan ibu ceritakan semuanya perihal dirimu.
Ibu Timun Mas:
Ibu pernah bermimpi didatangi raksasa besar. Kemudian raksasa itu
menyuruh mengambil bungkusan di hutan, di dalam bungkusan itu ada biji
timun kemudian disuruh menanam. Setelah berbuah, buah itu akan diambil
raksasa untuk dijadikan santapannya. Dan isi buah itu adalah....kau,
anakkku!
(sambil memeluk Timun Mas)
Timun Mas:
(melepaskan pelukan ibunya)
Apa maksud, Ibu? Jadi, jadi, aku ini lahir berasal dari dalam sebuah
timun Mas lalu akan dijadikan santapan raksasa? Begitu bu? A, aku tidak
percaya ibu!
Ibu Timun Mas:
Cerita ibu, benar anakku!
Timun Mas:
(memeluk ibunya)
Timun
tidak mau ikut bersama raksasa itu, bu! Timun takut sekali! Timun
sangat sayang kepada Ibu yang telah mendidik dan membesarkan Timun.
Ibu Timun Mas:
Iya anakku. Ibu, juga sangat sayang padamu dan ibu tidak akan
melepaskanmu begitu saja untuk santapan raksasa. Ibu akan cari cara
untuk menyelamatkanmu dari raksasa jahat itu, nak!
Timun Mas:
Makasih, ibu!
**Musik**
(volume suara meninggi kemudian melemah)
Narator:
Berhari-hari Ibu Timun Mas
memikirkan cara untuk menyelamatkan anak kesayangannya tapi belum juga
menemukan jalan keluar. Sampai pada hari yang telah dijanjikan oleh
raksasa itu, Ibu Timun Mas belum juga menemukan jalan keluar. Hatinya
pun mulai cemas. Dalam kecemasannya, tiba-tiba ia menemukan sebuah akal.
Ia menyuruh Timun Mas berpura-pura sakit. Dengan begitu, tentu
raksasa itu tidak akan mau menyantapnya. Saat matahari mulai senja,
raksasa itu pun mendatangi gubuk Ibu Timun Mas.
Adegan 5
Raksasa:
Ha...! ha...! ha....!Hai, Perempuan Tua! Mana anak itu? Aku akan membawanya sekarang!
Ibu Timun Mas:
(membujuk raksasa dan mengulur waktu agar Timun Mas selamat)
Maaf, Raksasa! Anak itu sedang sakit keras. Jika kamu menyantapnya
sekarang, tentu dagingnya tidak enak. Bagaimana kalau tiga hari lagi
kamu datang kemari? Aku akan menyembuhkan penyakitnya terlebih dahulu!
Raksasa:
Ha....ha.....ha......!Baiklah, kalau begitu! Tapi, kamu harus berjanji akan menyerahkan anak itu kepadaku!
Ibu Timun Mas:
Baik, baik raksasa! Akan aku tepati janjiku.
Narator:
Raksasa itu pun berlalu dari hadapan
Ibu Timun Mas. Ibu Timun Mas kembali bingung mencari cara lain. Setelah
berpikir keras, akhirnya ia menemukan cara yang menurutnya dapat
menyelamatkan anaknya dari santapan raksasa itu. Ia akan meminta bantuan
kepada seorang pertapa yang tinggal di sebuah gunung.
Adegan 6
Ibu Timun Mas:
Anakku! Besok pagi-pagi sekali Ibu akan pergi ke gunung untuk menemui
seorang pertapa. Dia adalah teman almarhum suami Ibu. Barangkali dia
bisa membantu kita untuk menghentikan niat jahat raksasa itu.
Timun Mas:
Ya, bu. Ibu benar! Kita harus membinasakan raksasa itu. Timun tidak mau menjadi santapannya!
**Musik**
(volume suara meninggi kemudian melemah)
Narator:
Keesokan harinya, pagi-pagi
sekali, berangkatlah Ibu Timun Mas ke gunung itu. Sesampainya di sana,
ia langsung menemui pertapa itu dan menyampaikan maksud kedatangannya.
Adegan 7
Ibu Timun Mas:
Permisi Kyai.
Pertapa:
Ooh Ada apa Nini? ada apa kau tiba-tiba datang kemari?
Ibu Timun Mas:
Maaf, Kyai. Maksud kedatangan saya kemari ingin minta bantuan pada Kyai.
Pertapa:
Apa yang bisa aku bantu?
Ibu Timun Mas:
Begini Kyai, saya punya seorang putri yang saya beri nama Timun Mas. Dan
putri saya itu akan dijadikan santapan raksasa besar. Saya tidak ingin
anak saya itu mati jadi santapan raksasa itu, Kyai. Saya, sangat sayang
pada putri saya, Kyai. Saya harap, Kyai bersedia membantu saya.
Pertapa:
Ooh jadi begitu, baiklah aku bersedia membantumu.
Tunggu sebentar ya. (masuk ke dalam sebuah ruangan)
Ibu Timun Mas:
Ya, Kyai.
Narator:
Tak berapa lama, pertapa itu kembali sambil membawa empat buah bungkusan kecil, lalu menyerahkannya kepada Ibu Timun Mas.
Pertapa:
Nah, ini berikanlah bungkusan ini kepada anakmu. Keempat bungkusan ini
masing-masing berisi biji timun, jarum, garam dan terasi. Jika raksasa
itu mengejarnya, suruh sebarkan isi bungkusan ini!, jelas?
Ibu Timun Mas:
Iya, iya Kyai. Terimakasih Kyai.
Kalau begitu, saya pamit pulang.
Pertapa:
Ya. hati-hati.
Narator:
Setiba di gubuknya, Ibu Timun Mas segera menyerahkan keempat bungkusan itu pada Timun Mas,
**Musik**
(volume suara meninggi kemudian melemah)
Adegan 8
Ibu Timun Mas:
Timun Mas, Timun Mas, ibu datang Nak. Kemarilah Nak ibu bawa sesuatu.
Timun Mas:
Ya bu. Bawa apa bu?
Ibu Timun Mas:
Nak, ini ibu bawakan beberapa bungkusan ini untuk melawan raksasa jahat itu!
Timun Mas:
Bungkusan ini kok kecil-kecil bu? Gimana kita menggunakannya bu?
Sedangkan raksasa itu besar sekali! Apa raksasa itu bisa mati hanya
dengan bungkusan kecil ini bu?
Ibu Timun Mas:
Ssstttt! Ini adalah senjata yang bisa kau gunakan apabila raksasa itu
datang kesini lagi. bungkusan ini berisi biji timun, jarum, garam dan
terasi. Bungkusan-bungkusan ini harus kamu pegang. Jika raksasa itu akan
menyantapmu dan mengejarmu, segera sebarkan isi bungkusan ini! jelas
Nak?
Timun Mas:
Jelas ibu. Tapi, tapi Timun takut, ibu.
Ibu Timun Mas:
Jangan takut anakku. Kau sudah punya senjata. Dan ibu juga sudah agak tenang karena kau sudah memegang senjata.
Timun Mas:
Baik, ibu.
Narator:
Dua hari
kemudian, Raksasa itu pun datang untuk menagih janjinya kepada Ibu Timun
Mas. Ia sudah tidak sabar lagi ingin membawa dan menyantap daging Timun
Mas.
Adegan 9
Raksasa:
Hai, perempuan tua! Kali ini kamu harus menepati janjimu. Jika tidak, kamu juga akan kujadikan santapanku! Ha....ha.... ha....!
Ibu Timun Mas:
Baik, raksasa. Aku panggil dulu putriku.
Timun Mas putriku, kemarilah nak. Ini ada yang mencarimu.
Narator:
Ibu
Timun Mas tidak gentar lagi menghadapi ancaman raksasa. Dengan tenang,
ia memanggil Timun Mas agar keluar dari dalam gubuk. Tak berapa
lama......., Timun Mas pun keluar lalu berdiri di samping ibunya.
Timun Mas:
Ada apa ibu?
(melirik ke raksasa)
haaahhh? Raksasa! Aku takut bu. Takuuuuut!
Ibu Timun Mas:
(berbisik)
Jangan takut, Anakku! Jika raksasa itu akan menangkapmu, segera lari dan ikuti petunjuk yang telah kusampaikan kepadamu!
Timun Mas:
Baik, Bu!
Raksasa:
Hemmm! Gadis ini pasti sangat lezat jika kusantap!
Ha....ha....ha....!
Aku makin tidak sabar untuk menyantapnya!
Ayo kemarilah nak mendekatlah padaku!
Timun Mas:
(sambil lari)
aku tidak mau! Aku tidak sudi jadi santapanmu!
Narator:
Melihat Timun Mas yang benar-benar sudah dewasa,
raksasa itu semakin tidak sabar ingin segera menyantapnya. Ketika ia
hendak menangkapnya, Timun Mas segera berlari sekencang-kencangnya.
Raksasa:
Ha.... ha....ha....!
Mau lari kemana kau, gadis?
Narator:
Raksasa itu pun mengejarnya. Tak ayal lagi,
terjadilah kejar-kerajaan antara makhluk raksasa itu dengan Timun Mas.
Setelah berlari jauh, Timun Mas mulai kecapaian, sementara raksasa itu
semakin mendekat.
Timun mas:
Aduh!
(terjatuh)
aku capai sekali! Duuuh gimana ini, raksasa itu makin mendekat padaku.
Raksasa:
(mendekat ke Timun Mas)
Ha....ha...ha.....!Mau lari kemana anak manis?
Timun Mas:
Oh iya, aku harus mengeluarkan bungkusan yang diberikan ibu.
Narator:
Setelah kecapaian, Timun Mas menebar biji timun
yang diberikan oleh ibunya. Sungguh ajaib, hutan di sekelilingnya
tiba-tiba berubah menjadi ladang timun. Dalam sekejap, batang timun
tersebut menjalar dan melilit seluruh tubuh raksasa itu. Namun, raksasa
itu mampu melepaskan diri, dan kembali mengejar Timun Mas.
Raksasa:
Ha....ha....haaa.....! mau lari kemana kau Timun Mas?!
Narator:
Timun Mas pun segera melemparkan bungkusan yang
berisi jarum. Dalam sekejap, jarum-jarum tersebut berubah menjadi
rerumbunan pohon bambu yang tinggi dan runcing. walaupun kakinya
berdarah-darah karena tertusuk bambu. Namun, raksasa itu mampu
melewatinya....,
Raksasa:
Ha....ha....haaa.....! mau lari kemana kau Timun Mas?! Aku akan terus mengejarmu!
Timun Mas:
Duuuh gimana ini? Aku sudah melempar 2 bungkusan biji timun dan jarum,
raksasa itu masih berhasil menyelamatkan diri dan terus mengejarku. Aku
takuut sekali. Ah! Ga apa-apa. Aku masih punya beberapa bungkusan lagi.
Baik, aku buka bungkusan satunya lagi!
Narator:
Timun Mas membuka bungkusan ketiga yang berisi
garam lalu menebarkannya. Seketika itu pula, hutan yang telah
dilewatinya tiba-tiba berubah menjadi lautan luas dan dalam, namun
raksasa itu tetap berhasil melaluinya dengan mudah.
Timun Mas:
(cemas)
duuuh gimana ini? Bungkusan yang ketiga sudah kutebarkan juga, tapi
raksasa itu masih bisa menyelamatkan diri. Kini senjataku tinggal
satu-satunya.
Jika senjataku satu-satunya ini tidak berhasil melumpuhkan raksasa itu,
maka tamatlah riwayatku. Baiklah! Aku akan berusaha semoga senjataku
yang tinggal satu ini bisa membinasakan raksasa itu!
Nih raksasa! Terimalah iniiii!!!
(dilemparkan bungkusan yang terakhir ke arah raksasa)
**Musik**
(volume suara meninggi kemudian melemah)
Narator:
Dengan penuh keyakinan, ia pun
melemparkan bungkusan terakhir yang berisi terasi. Seketika itu pula,
tempat jatuhnya terasi itu tiba-tiba menjelma menjadi lautan lumpur yang
mendidih. Alhasil, raksasa itu pun tercebur ke dalamnya dan tewas
seketika.
Timun Mas:
Syukurlah! Raksasa itu sudah mati. Aku selamat. Terimakasih Tuhan! Aku
harus segera pulang menyampaikan kabar gembira ini pada ibu.
(berlari kemudian memeluk)
ibu......! aku selamat ibu! Aku selamat dari kejaran raksasa itu, ibu! Raksasa itu kini sudah mati!
Ibu Timun Mas:
Apa? Kau selamat anakku?!
Syukurlah! Ibu senang sekali. Ibu bahagia, Nak. Akhirnya kau selamat, Nak.
(berpelukan)
Narator:
Sejak itu, Ibu Timun Mas dan Timun Mas hidup berbahagia.
(Narator naik ke atas pentas dan menutup peragaan drama)
Narator:
Demikianlah
tadi dongeng Timun Mas dari daerah Jawa Tengah. Dari Cerita tadi dapat
dipetik sebuah pelajaran bahwa orang yang selalu berniat jahat terhadap
orang lain seperti raksasa itu, pada akhirnya akan celaka. Selain itu,
cerita tadi juga mengandung pelajaran bahwa dengan usaha dan kerja keras
segala rintangan dan cobaan dalam hidup ini dapat diselesaikan dengan
baik. Seperti yang ditunjukkan oleh Ibu Timun Mas dan Timun Mas. Berkat
usaha dan kerja kerasnya, mereka dapat membinasakan raksasa jahat yang
hendak memangsa Timun Mas.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.